• wantilandesaid@gmail.com
  • 0851-5621-8436
News Photo

Pesan Presiden Agar Jangan Panik, tapi Senantiasa Waspada Hadapi Varian Omicron

Presiden Jokowi berpesan agar jangan panik, tetapi tetap waspada menghadapi varian Omicron yang berpotensi menimbulkan puncak gelombang kasus Covid-19. Saatnya bagi semua elemen bangsa bersatu dan mendisiplinkan diri.

“Bapak Presiden (Joko Widodo) beberapa jam lalu memerintahkan kami berdua, (Luhut) dengan Menteri Kesehatan, untuk memberikan penjelasan kepada publik tentang perkembangan kasus Covid-19 dan langkah antisipasi menghadapi varian Omicron,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan saat memberikan keterangan pers secara virtual, Rabu (12/1/2022) pagi.


Kalimat pembuka dari Luhut tersebut terasa urgensi dan relevansinya ketika sejurus kemudian disampaikan informasi bahwa varian Omicron - yang telah teridentifikasi di 150 negara - menimbulkan gelombang baru dengan puncak yang lebih tinggi di berbagai negara di dunia seperti Amerika Serikat, Inggris, dan lainnya. Indonesia disebutkan bukan tidak mungkin mengalami hal yang sama.


“Dan, kami melihat tanda-tanda sudah mulai masuk di Indonesia karena ada peningkatan data yang akan kami jelaskan kemudian. Namun, kita tidak perlu panik, tetapi kita semua harus waspada menghadapi ini,” katanya.


Setelah menyampaikan bahwa Indonesia memiliki pengalaman menghadapi varian Delta, Luhut pun menginformasikan data penunjang jumlah kasus hari ini yang mencapai 802 kasus. Sebagian besar kasus tersebut disebabkan oleh pelaku perjalanan luar negeri (PPLN). Dari 537 kasus di Jakarta, misalnya, sebanyak 435 kasus berasal dari PPLN.




Oleh karena itu, pemerintah untuk kesekian kalinya mengimbau masyarakat tidak bepergian dulu ke luar negeri dalam 2-3 minggu ke depan. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi penularan yang makin cepat dari luar negeri. “Kami akan terus memonitor secara ketat perkembangan dan akan mengambil langkah-langkah antisipasi yang diperlukan,” ujar Luhut.


Perawatan di rumah sakit akan menjadi salah satu indikator utama. Pemerintah akan berada pada posisi high alert (siaga utama) ketika BOR (bed occupancy rate) atau tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit mendekati 20-30 persen. Dari hasil pengamatan terhadap pengalaman negara lain, puncak varian Omicron terjadi dalam kisaran waktu 40 hari atau lebih cepat dari varian Delta.


“Untuk kasus Indonesia, kami perkirakan puncak gelombang karena Omicron akan terjadi pada awal Februari. Sebagian besar kasus yang terjadi diperkirakan akan bergejala ringan sehingga nanti strateginya juga akan berbeda dengan (saat menangani) varian Delta,” kata Luhut.


Pemerintah mengklaim saat ini jauh lebih siap dalam menghadapi potensi gelombang varian Omicron. Tingkat vaksinasi Indonesia sekarang jauh lebih tinggi dibanding Juli 2021. Kapasitas pengujian dan pelacakan juga jauh lebih tinggi dibanding tahun lalu. Sistem kesehatan pun sudah lebih baik termasuk dalam hal obat-obatan.


Tempat tidur di rumah sakit, tenaga kesehatan, oksigen, dan fasilitas isolasi terpusat jauh lebih bagus saat ini. “Dengan berbagai kesiapan tersebut dan belajar dari pengalaman yang lalu saya yakin kasus tidak akan meningkat setinggi negara lain. Namun, syaratnya, kita semua harus disiplin dan harus kompak,” katanya.


Jalin kekompakan


Keberhasilan Indonesia mengendalikan varian Omicron tidak mungkin dapat dicapai tanpa kerja sama semua pihak, terutama dalam menjalankan protokol kesehatan. Pemerintah berharap semua pihak kompak dan tidak perlu saling menyalahkan. Pandemi ini adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari namun dapat dimitigasi agar terkendali atau berdampak minimal.


“Sebagai penutup saya sampaikan sekali lagi, kasus kemungkinan akan naik. Tetapi kita jangan panik. Kita harus tetap waspada dan terus bekerja sama. Kita harus bersatu dan menghadapi musuh yang sama, yaitu varian Omicron. (Hal ini) karena hanya dengan bersatu, kita bisa mengatasi gelombang baru dan keluar dari pandemi Covid-19 ini,” kata Luhut.


Keberhasilan Indonesia mengelola tantangan kesehatan yang sangat kompleks di masa sulit akibat pandemi Covid-19 sebelumnya juga disampaikan Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada Peringatan Hari Ulang Tahun ke-49 PDI Perjuangan secara virtual dari Istana Negara, Jakarta, Senin (10/1/2022) awal pekan ini.


“Kalau kita lihat di bulan Juli (2021), kita betul-betul pada posisi yang penuh dengan kengerian. Angka kasus 56.000 per hari. Dan, (sebagai perbandingan) kasus konfirmasi per 9 Januari kemarin, tahun 2022, sebanyak 529 kasus, (atau) turun 99 persen dari puncak di bulan Juli yang lalu,” ujarnya.


Kepala Negara menuturkan vaksinasi terus dipercepat. Indonesia masuk 5 besar negara dengan jumlah vaksinasi terbanyak di dunia. Sebanyak 288 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke rakyat Indonesia. Dosis pertama telah mencapai 81 persen dan dosis kedua mencapai 56 persen. Sebanyak 29 provinsi dari total 34 provinsi telah menyuntikkan dosis pertama mencapai target di atas 70 persen.


“Walaupun kita berhasil mengendalikan pandemi, namun kita tetap harus hati-hati, tetap harus waspada terhadap kemungkinan risiko pandemi karena adanya varian Omicron,” kata Presiden Jokowi.


Sehari kemudian, Presiden Jokowi di Istana Merdeka menuturkan bahwa dirinya telah memutuskan pemberian vaksin ketiga – yang dimulai pada 12 Januari 2022 – gratis bagi seluruh rakyat Indonesia. Ditegaskannya pula bahwa penggratisan pemberian vaksin ketiga bagi seluruh masyarakat ini adalah karena keselamatan rakyat adalah yang utama.


Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito di Jakarta, Selasa (11/1/2022) menuturkan setidaknya dalam dua minggu terakhir terjadi kenaikan kasus positif Covid-19 yang sangat signifikan di dunia. Per tanggal 7 Januari 2022 penambahan kasus positif mencapai 2,7 juta kasus dalam sehari.


Perkembangan angka ini sudah tergolong sangat tinggi. “Terlebih pula, angka ini sudah melebihi rekor tertinggi pada masa lonjakan kasus sebelumnya yang hanya mencapai 1 juta kasus dalam satu hari,” kata Wiku.


Saat ini setidaknya ada 12 negara sedang mengalami kenaikan kasus mingguan sangat tajam, bahkan melebihi kenaikan pada gelombang sebelumnya. Kanada, misalnya, mengalami kenaikan kasus mingguan 19 kali lipat dari yang sebelumnya 16.000 kasus menjadi 300.000 kasus. Amerika Serikat mengalami kenaikan kasus mingguan 10 kali lipat dari 500.000 menjadi 5 juta kasus.


Inggris mengalami kenaikan kasus 4 kali lipat, yakni dari 300.000 kasus menjadi 1,2 juta kasus. “Tidak hanya di Amerika, Eropa, dan Australia, beberapa negara di Asia – terutama di Asia Tenggara – juga mulai menunjukkan tren peningkatan kasus,” ujar Wiku.


Jepang, misalnya, mengalami kenaikan kasus mingguan 10 kali lipat dari yang sebelumnya 30.000 kasus menjadi 300.000 kasus. Sementara itu Vietnam mengalami kenaikan kasus mingguan sekitar 5 kali lipat, yakni dari 24.000 kasus menjadi 136.000 kasus.


Pembelajaran


Sejauh ini kenaikan kasus pada negara-negara tersebut tidak disertai dengan kenaikan kematian yang signifikan, meskipun terdapat kenaikan kematian perlahan di beberapa negara. ”Salah satu negara yang mengalami tren kenaikan angka kematian adalah Vietnam. Hal ini menjadi pembelajaran kita bersama bahwa meskipun varian Omicron yang saat ini beredar dilaporkan menimbulkan gejala yang ringan, bahkan tanpa gejala, masih banyak faktor yang memengaruhi angka kematian,” kata Wiku


(Sumber : https://www.kompas.id/)


Bagikan Berita Ini

Komentar

DESA WANTILAN